April 2, 2023
?>
Kehidupan Sholeh dan seekor harimau benggala bernama Mulan seolah tak terpisahkan selama 10 tahun (C) MERDEKA

Kehidupan Sholeh dan seekor harimau benggala bernama Mulan seolah tak terpisahkan selama 10 tahun (C) MERDEKA

Sholeh kerap menggendong Mulan saat masih kanak-kanak, sehingga tak heran si harimau benggala dibuatnya jinak sebagai teman bermain. Lalu, siapakah Sholeh tersebut?

Abdullah Sholeh (35) memiliki kisah kedekatan yang lain daripada yang lain, yakni dengan harimau benggala yang dinamainya Mulan Jamilah. Suka duka yang dilalui pria asal Kepanjen itu bersama Mulan selama 10 tahun terakhir memberikan pelajaran berharga kepada kita.

Sholeh tinggal di Komplek Pondok Pesantren Al-Kaffah, di Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang sebagai pengasuh Mulan. Pria 35 tahun itu mengaku sudah berinteraksi dengan Mulan sejak si harimau betina itu masih kecil. Sejak Mulain masih berusia tiga bulan, Sholeh sudah menjadi temannya sehari-hari. Menurut pengakuannya, Mulan susah ditinggalkan, bahkan kerap berteriak-teriak saat ditinggal agak lama olehnya.

Mulan sendiri ditempatkan di kebun seluas sekitar 1.000 meter persegi yang letaknya berada di samping pondok pesantren. Kebun itu dipisahkan dengan pagar tembok yang mengelilingi setinggi sekitar lima meter. Setiap harinya, Sholeh harus menyediakan lima kilogram daging ayam untuk makan si Mulan. Kondisi ini berbeda dibanding saat masih kecil dulu, di mana si harimau selalu minta daging (kambing atau sapi).

Sholeh kerap menggendong Mulan saat masih kanak-kanak, sehingga tak heran si harimau buas dibuatnya jinak sebagai teman bermain. Pelatihan pun diberikannya kepada Mulan, dengan harapan dapat ditinggalkan pada saat tertentu. Masih menurut pengakuan Sholeh, pelatihan yang diberikannya sama sekali berbeda dengan pawang yang konon kerap melakukan kekerasan. Baginya, cara-cara pendekatan yang lebih ‘manusiawi’ lebih efektif, karena sejak bayi harimau ini sudah bersama-sama dengannya.

“Kita melatihnya secara alami, tidak pernah menggunakan kekerasan. Mungkin karena kedekatan saja,” ujar Sholeh, dikutip dari Merdeka.com.

Seolah sudah ada ikatan batin, panggilan Sholeh sanggup membuat Mulan muncul dari persembunyiannya di kebun dan datang menghampiri arah suara. Begitu bertemu, keduanya bak sahabat lama yang baru dipertemukan, saling bergumul seperti sedang bercanda. Sholeh pun punya cara unik untuk memberi makan dan minum kepada Mulan. Makanan atau minuman akan ditaruhnya di mulut, lalu akan segera disambar Mulan dengan lidahnya. Kalau sakit, biasanya obatnya dikunyah Sholeh dulu sebelum disemburkan ke mulutnya. Sholeh pun ternyata betul-betul mengenal sosok Mulan secara mendalam, sampai-sampai mengetahui hal apa yang paling disukai atau yang tidak disukai olehnya.

“Dia tidak suka atau takut dengan kotorannya sendiri. Dia lari kalau diperlihatkan kotorannya, kalau buang air berusaha ditutupi,” tuturnya.

Kedekatan itu tak jarang membuat Sholeh terluka. Pria lajang berambut panjang ini mengaku beberapa kali pernah mengalami cidera, gara-gara ulah Mulan. Bola matanya pernah tertusuk taring Mulan hingga berlubang. Kaki Sholeh juga pernah geser karena terkilir. Meski pekerjaannya itu penuh risiko, Sholeh menganggap tingkah Mulan tersebut hanyalah gaya bercandanya saja.

“Sebenarnya hanya bercanda saja, cuma cara bercandanya berbeda dengan manusia, ukurannya berbeda, kekuatannya berbeda. Apapun ada risikonya, orang berbisnis juga punya risiko gagal dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Menurutnya, harimau memiliki naluri yang cenderung tidak stabil, mudah berubah-ubah setiap detik, atau bisa dibilang moody. Misalnya, saat tidur mendengkur bisa tiba-tiba bangun dan meloncat. Tak heran jika Mulan kadang juga punya sikap yang cepat marah dan curiga dengan orang di sekelilingnya, terlebih yang tak pernah dilihat sebelumnya. Hal itu membuat harimau sedikit susah ditundukkan bagi yang tak mengetahui resepnya. Sebagai orang yang kerap berinteraksi dengan Mulan, Sholeh sangat paham bagaimana menyesuaikan kondisi dan naluri si harimau benggala tersebut. Menurutnya, manusia yang dikaruniai akal harus lebih bisa beradaptasi dengan sifat dan sikap hewan.

“Naluri kita menyesuaikan nalurinya dan yang pasti naluri harimau dengan manusia berbeda. Kita yang mencari (menyesuaikan), bukan dia yang mencari, karena kita yang punya akal. ” jelasnya.

?>