
Salah satu cagar budaya yang terletak di Kota Wisata Batu adalah Makam Dinger. Bangunan bergaya kuno yang terletak di Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumiaji. Kalau tidak ada penanda tulisan, barangkali tidak banyak yang tahu jika bangunan itu adalah makam.
Bangunan kuno yang didirikan pada tahun 1917 itu memang sudah mulai rusak karena kesadaran masyarakat dulu terhadap Cagar Budaya relatif berkurang. Bahkan tragisnya, di bagian bawah pintu masuk terdapat pembuangan sampah pertanian. Namun, kini kesadaran akan Cagar Budaya kembali hadir berkat larangan dari Pemerintah Kota Batu yang melindungi Cagar itu. Bahkan Pemkot juga mamasang pengumuman yang bertuliskan pasa 66 ayat 1 dan 2 tentang larangan merusak bangunan cagar budaya.
Dinger atau tuan Dinger konon kabarnya adalah tuan tanah di kawasan Batu, dirinya dikenal kejam namun punya wajah yang tampan. Kematian Dinger juga terbilang tragis karena dia dibunuh oleh seorang Panglima asal Jawa yang membalas dendam prilakunya terhadap warga pribumi. Tidak hanya Tuan Dinger dan istrinya yang dipenggal kala itu, Antek-antek yang merupakan darah jawa juga menjadi sasaran si panglima.
Dikutip dari batukota, di belakang bangunan tersebut dulu terdapat sebuah kolam kuno, dan disebelah kolam tersebut terdapat kincir air untuk pembangkit listrik. Dulu anak-anak di Batu sering menggunakan kolam itu untuk mandi.
Tahun berganti tahun, dan entah bagaimana kisahnya, tanah disekitar makam tersebut menjadi milik perorangan, dan oleh sang pemilik tanah yang baru, kolam kuno tersebut kemudian dibongkar. Sekarang bekas kolam tersebut hanya menjadi gundukan tanah, tidak ada bekas sedikitpun tentang keberadaan kolam tersebut.
Dari penuturan warga di sekitar makam, kerap ditemui arwah yang bergentayangan. Konon, arwah yang juga tanpa kepala itu merupakan arwah Dinger. Tidak heran meskipun siang hari, bangunan tersebut terlihat sangat angker. Kondisi ini membuat banyak wisata yang hanya melewatkan Makam Dinger, dan kurang tertarik untuk mengunjunginya.
Walau demikian masih ada saja wisatawan asing yang berkunjung. Kebanyakan mereka mengetahui situs bersejarah tersebut dari internet. Ingin melihat langsung dan mempelajari struktur bangunan tersebut. Kebanyakan yang datang warga belanda. Ingin mengetahui secara dalam tentang struktur bangunan. Selain itu mempelajari sejarah yang ada di sekitar makam.
Foto: MalangTimes