Maret 27, 2023
?>
Area Lapangan Pacuan Kuda di Jalan Ijen yang kemudian berubah menjadi kuil Shinto di Kota Malang

Area Lapangan Pacuan Kuda di Jalan Ijen yang kemudian berubah menjadi kuil Shinto di Kota Malang

Sebagai bangsa yang pernah menjajah Indonesia, sedikit banyak, Jepang memiliki peninggalan di Indonesia, termasuk di Kota Malang. Salah satunya adalah kuil Shinto atau biasa disebut Jinja sebagai tempat ibadah umat penganut agama asli Jepang tersebut.

Sebagai bangsa yang pernah menjajah Indonesia, sedikit banyak, Jepang memiliki peninggalan di Indonesia, termasuk di Kota Malang. Salah satunya adalah kuil Shinto atau biasa disebut Jinja sebagai tempat ibadah umat penganut agama asli Jepang tersebut.

Informasi keberadaan jinja bernama Ching Nan Jinja itu tersebar di Negeri Matahari dari mulut para mantan tentara Jepang yang bertugas dan tinggal di Malang. Maret 2017 lalu tiga sejarawan datang langsung dari Jepang ke Malang demi membuktikan informasi tersebut. Mereka adalah Inamiya Yasuto (Fotografer), Tsuda Yoshiki dari Kanagawa University, dan Nakajima Michio dari Japanese Folk Culture. Ketiganya ingin membuktikan kebenaran cerita para mantan tentara Jepang sempat mendirikan beberapa Jinja di Indonesia, yang salah satunya ada di Malang.

Kedatangan bangsa Jepang ke Malang dimulai saat Belanda, penjajah Indonesia sebelumnya, menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tahun 1942. Karena kalah perang, Belanda wajib menyerahkan daerah kekuasaannya di Indonesia, termasuk Malang, kepada Jepang. Selama pendudukan Jepang di Indonesia, setidaknya antara tahun 1942-1945, dikabarkan para tentara sempat membangun beberapa jinja sebagai tempat ibadah mereka.

“Ada sekitar 1600 Jinja di luar Jepang, dan di Indonesia ada 11 Jinja salah satunya di Kota Malang yang bernama Ching Nan Jinja. Jinja sendiri dibangun oleh militer Jepang sebagai bentuk kekuasaan tertinggi dari kaisar yang saat itu disebut sebagai keturunan dari Ameterasu Omikami atau Dewa Matahari yang merupakan dewa tertinggi dalan ajaran Shinto,” papar Nakajima.

Diperkirakan, Ching Nan Jinja itu dibangun di tempat di mana sekarang berdiri bangunan Politeknik Kesehatan (Poltekkes Malang. Tempat tersebut dulunya merupakan lapangan pacuan kuda atau Jalan Bengawan Solo. Jinja yang namanya punya arti ‘menguasai kawasan selatan atau menguasai negara-negara di selatan Jepang’ itu diperkirakan dibangun sesaat setelah Jepang masuk ke Malang.

Ditemani Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan Dinas Pariwisata Kota Malang, Nakajima dan kedua rekannya tak hanya menelusuri keberadaan Ching Nan Jinja. Mereka juga mengunjungi tempat-tempat lainnya yang disinyalir pernah menjadi tempat pemerintahan masa penjajahan Jepang di Malang. Seperti SMK YPK Bina Cendekia di Jalan Semeru, Kelurahan Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, yang merupakan Kampeitai atau Kantor Satuan Militer yang ditempatkan di daerah jajahan. Dulunya, bangunan di sebelahnya juga digunakan untuk Gedung Propaganda, kalau sekarang mungkin semacam BPPD-nya Jepang.

Setelah melakukan pengumpulan bukti dan pengamatan langsung, Nakajima menyimpulkan bahwa kabar keberadaan kuil Shinto di Kota Malang memang benar. Tepatnya, Ching Nan Jinja berada di seberang utara Jalan Pahlawan Trip yang dulu merupakan asrama Brimob.

“Di seberang utara jalan Pahlawan Trip, dulunya asrama Brimob, kini jadi areal permahan elit atau selatan Poltekes. Kuilnya menghadap selatan. Pada akhir tahun 1954 atau mungkin awal diprakirakan tahun 1946 kuilnya dibakar,” terang Dwi Cahyono arkeolog yang juga Dosen di Universitas Negeri Malang (UMM) tersebut, dilansir Malang Today.

?>