
Mitos di Pemandian Air Panas Cangar
Kalau pernah ke pemandian air panas Cangar di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Anda tentu tahu keberadaan sebuah lapangan di kompleks wisata tersebut. Ternyata ada cerita angker yang merebak dari Lapangan Kompleks Pemandian Cangar itu.
Lapangan ini kadang dipakai untuk kelompok mahasiswa sebagai tempat Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus). Seperti para mahasiswa baru (maba) Universitas Negeri Malang angkatan 2007 yang melakoni Ospek jurusan di lapangan tersebut. Lokasi yang asri dan sejuk sering menjadi alasan klise bagi mereka memilih lapangan pemandian Cangar tersebut. Meski demikian, kisah mistis mewarnai kegiatan mereka. Hal itu dikisahkan salah seorang panitia Sie Perlengkapan dalam laman ceritamisteribaru.blogspot.co.id pada tahun 2016 lalu.
Cerita pengalaman buruk ‘digoda’ penghuni pemandian Cangar tersebut dimulai di hari pertama mereka menggelar Ospek. Kebetulan, acara dari pagi hingga sore berjalan lancar. Godaan itu baru hadir ketika hari mulai menjelang malam.
Berdasarkan cerita dalam laman blog tersebut, pukul 19.00 WIB terjadi sebuah keributan kecil antar panitia yang terjadi di dapur di dalam pondok. Ternyata, lokasi tersebut belum sepenuhnya “dipagari” oleh panitia yang “bertugas”. Seorang kakak tingkat selaku pengawas, bahkan sempat memergoki kemunculan mahluk aneh yang kata dia sebesar ruangan, bertaring, dan mengeluarkan kepalanya dari ruang dapur seolah ingin mengintip. Sontak, semua panitia yang dianggap “bisa” pun dikerahkan untuk “memagari” area pondok sekali lagi.
Beruntung, setelah dipagari ulang, makhluk-makhluk penghuni pemandian Cangar tak lagi mengganggu. Acara lanjutan Ospek pun berlangsung dengan lancar di dalam pondok.
Ketika waktu menunjukkan pukul 23.10 WIB, tiba saatnya untuk acara Jerit Malam. Si penulis yang merupakan Ketua Sie Perlengkapan, berinisiatif untuk memulai briefing anggotanya untuk segera mempersiapkan semua hal yang diperlukan untuk acara. Singkatnya, bersama seorang teman, si ketua mulai menembus gelapnya malam untuk membuat rute-rute yang akan ditempuh oleh para maba nantinya dengan menggunakan botol minuman kaca yang berisi minyak tanah mulai dipasang dan dihidupkan.
Tak beberapa lama, mereka berdua sampai di sebuah gazebo besar yang terletak tepat di tengah-tengah lapangan di kompleks pemandian Cangar tersebut. Gazebo tersebut memang rencananya akan dipakai sebagai pos acara Seni dan Bakat yang menutup acara jerit malam. Kebetulan, si ketua dan rekannya bertugas memasang perlengkapan. Mereka memasang backdrop di sisi belakang gazebo tersebut. Kemudian, keduanya memasang lampu-lampu dari botol minuman kaca yang berisi minyak tanah di sekeliling gazebo. Mereka berbagi tugas, si ketua ke sebelah kanan, sedangkan rekannya ke sebelah kiri gazebo. Setiap usai meletakkan satu botol, langsung dihidupkan dengan korek api, hingga semua botol minuman kaca menyala.
Merasa selesai, keduanya berniat untuk kembali ke pondok. Tanpa disuga, sesuatu mendadak terjadi. Botol-botol yang sudah dinyalakan itu seketika padam bersamaan. Sontak, keduanya melenguh, dan mulai menghidupkan kembali semua botol di gazebo tersebut satu persatu. Setelah semua api di botol itu hidup kembali, niat kedua panitia itu untuk kembali ke pondok kembali tertunda, lantaran seketika api kembali padam.
Nyaris putus asa, keduanya lantas bekerja sama, si ketua yang menyalakan api, sedangkan rekannya yang memegangi botol minuman kaca, agar keduanya tak jongkok-jongkok untuk menyalakannya satu-persatu. Ketika korek api ditempelkan si ketua ke sumbu botol yang dipegang rekannya, tiba-tiba apinya seolah-olah ada yang meniup ke arah rekannya, dan langsung padam. Tanpa disadarinya, arah tiupan itu datang dari sisi si ketua. Coba dihidupkannya lagi. Setelah apinya menyala, lagi-lagi seolah-olah ada yang meniup api tersebut sampai mati. Kali ini arah tiupannya berasal dari rekan si ketua yang wajahnya tampak pucat.
Akhirnya, rekan si ketua mengajaknya bergegas kembali ke pondok tanpa menghiraukan botol-botol yang apinya padam sendiri itu. Namun, sebelum beranjak dari lingkup gazebo tersebut, sesuatu yang ganjil kembali menyergap. Sekonyong-konyong banyak batu menghujani atap gazebo seperti ada yang sengaja melakukannya. Belum selesai sampai di situ, saat keduanya terbengong oleh suara batu bertebangan ke atap mendadak suara gaduh lainnya muncul. Kali ini berasal dari backdrop yang tiba-tiba jatuh ke lantai gazebo. Tanpa pikir panjang, keduanya berhamburan meninggalkan lokasi.
Pukul 02.00 WIB, acara puncak Seni dan Bakat pun digeber di lingkungan gazebo. Kali ini “pasukan penghalau” dari panitia turut bergabung, sehingga penghuni pemandian Cangar mampu dicegah untuk kembali mengacaukan acara. Namun, tetap saja, mereka harus bekerja ekstra keras untuk menghalang-halangi serangan bertubi-tubi dari makhluk-makhluk halus itu. Bahkan, banyak di antara mereka yang tepar sampai pingsan, dan sesak napas. Syukur, acara tersebut berlangsung cukup lancar hingga berakhir jelang subuh.
Jika Anda penasaran dengan kebenaran cerita tersebut, bisa dibuktikan sendiri dengan berkemah di lapangan kompleks pemandian Cangar. Bagi Anda yang suka dengan dunia gaib, bisa menjadikan tempat ini untuk sekadar berburu atau mencari pengalaman spiritual.