Maret 31, 2023
?>
Chairul S Sabaruddin, pelukis pensil asli Malang (C) WAJAH INDONESIA

Chairul S Sabaruddin, pelukis pensil asli Malang (C) WAJAH INDONESIA

Chairul S Sabaruddin bukanlah sosok pelukis pensil biasa. Tak hanya tersohor di kampung halamannya, Malang, pria yang asli Malang ini karyanya telah go internasional.

Chairul S Sabaruddin bukanlah sosok pelukis pensil biasa. Tak hanya tersohor di kampung halamannya, Malang, pria yang asli Malang ini karyanya telah go internasional.

Karya pelukis yang biasa disapa Iroel itu sudah pernah terpampang di berbagai majalah internasional. Salah satunya majalah Asian Art News Singapura pada 2010. Setidaknya, ada delapan lukisan karyanya yang tersaji dalam dua halaman majalah berbahasa Inggris tersebut.

“Sudah banyak majalah yang menampilkan karya saya,” ujar Iroel, seperti yang dikutip Radar Malang.

Selain majalah terbitan di Singapura, karya Iroel juga sempat menjadi cover majalah Colored Pencil USA edisi Februari 2012. Lukisannya tentang zebra pada 2008 lalu juga menjadi sampul majalah tersebut. Selain itu, majalah UK Coloured Pencil Society Magazine pun menampilkan karyanya, bahkan pada tahun 2012 majalah yang mengupas kreativitas karya pensil warna itu sampai menyediakan empat halaman khusus untuk memamerkan karya Iroel.

“Terbaru, majalah arsitek nasional CASA Indonesia edisi November IV/2017 juga memamerkan karya saya,” imbuh bapak dua anak ini.

Sejak kecil, bakat Iroel di dunia seni lukis pensil sudah bisa dilihat, meski dalam dirinya sama sekali tak mengalir darah seniman dari orang tuanya. miliki darah seniman dari orang tuanya. Keinginannya untuk terus mencoba patut diapresiasi, karena di saat tidak adanya fasilitas yang memadai, Iroel kecil tetap suka menggambar.

Pada tahun 2004, Iroel bekerja di sebuah hotel di Nusa Dua, Bali. Saat itu keseriusannya dalam berkarya mulai terlihat. Maklum, lulusan Universitas Negeri Malang (UM) ini mendapat tugas sehari-hari untuk melukis tamu-tamu dari mancanegara yang menginap di hotel. Iroel mulai merasa nyaman dengan pekerjaannya, karena sesuai dengan bidang yang diminatinya.

“Hanya sebentar bekerja di Bali. Para tamu yang saya lukis banyak yang senang. Bahkan ada yang mengajak saya ke negaranya. Katanya mau memasarkan lukisan saya,” tambahnya.

Dalam waktu satu tahun selama tinggal di Bali, Iroel pun kerap melakukan gathering dengan komunitas pelukis pensil di Pulau Dewata. Setiap nongkrong bareng mereka, Iroel dan kawan-kawan biasa berlomba-lomba, menentukan objek, kemudian bersama-sama melukis objek yang sudah disepakati tadi. Karya-karya Iroel sering kali membuat kawan-kawan komunitasnya takjub.

Iroel pulang kampung ke Malang pada tahun 2005, dan berharap mendapat pekerjaan lain selain melukis. Meski demikian, komunikasinya dengan kawan-kawannya sesama pelukis pensil di Bali terus terjalin. Hal itu yang membuat kehidupannya di Malang akhirnya tetap tak bisa lepas dari dunia lukis pensil.

“Mungkin karena sudah passion menjadi pelukis,” tegas Chairul S Sabaruddin.

Sejak tahun 2012, Iroel mulai berani ikut aktif dalam pameran, salah satunya di pameran tahunan Art Bazar Jakarta. Ia akan absen cuma ketika banyak permintaan lukisan yang harus segera diselesaikannya. Setidaknya, sudah ribuan karya Iroel yang tersebar pada para kolektorlukisan pensil dari seluruh dunia hingga saat ini.

Beruntung bagi Iroel, karena karya lukisnya itu pulalah yang membuka jalannya bertemu para tokoh penting di Indonesia. Di antaranya, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi, Titik Soeharto politisi dari Partai Golkar yang juga merupakan putri mantan presiden Soeharto.

Sejujurnya, bagi seorang Chairul S Sabaruddin, melukis dengan pensil merupakan sesuatu yang paling sulit jika dibandingkan dengan media lainnya. Sekali pensil digoreskan, warnanya tidak bisa dihapus. Untuk menuntaskan satu karya, biasanya Iroel butuh waktu sekitar satu bulan untuk lukisan ukuran 2 x 3 meter.

“Bagi saya, semua karya saya itu masterpiece. Karena saat melukis saya selalu ingin hasilnya memuaskan,” pungkasnya.

?>