
Raden Adipati Ario Sam yang memimpin Kota Malang mulai tahun 1942 (C) WIKIPEDIA
Hingga era kepemimpinan Walikota Moch Anton, Kota Malang sudah dipimpin oleh 18 Wali Kota sejak menjadi kotapraja pada 1 April 1914. Tak banyak yang tahu jika Raden Adipati Ario Sam merupakan Wali Kota Malang pertama yang berasal dari kalangan pribumi.
Meski ‘merdeka’ pada tahun 1914, Kota Malang baru memiliki Wali Kota untuk pertama kalinya lima tahun kemudian. Adalah H I Bussemaker yang menduduki jabatan tersebut dalam periode 1919-1929. Setelah itu, berturut-turut Kota Malang dipimpin oleh tiga Wali Kota berdarah Belanda. Mulai dari Ir. Voorneman (1929-1933), Ir. Lakemar (1933-1936), hingga JH Boerstra (1936-1942).
Barulah sesaat sebelum pendudukan penjajah Jepang di Indonesia, Raden Adipati Ario Sam naik jabatan sebagai Wali Kota Malang yang kelima dengan status caretaker alias pengganti. Menurut data sejarah, waktu itu RAA Sam sebenarnya juga memangku jabatan sebagai Bupati Malang kelima sejak 23 Agustus 1934.
Pada tanggal 7 Maret 1942 Kota Malang dan sekitarnya telah diduduki pasukan Jepang. Kota Malang di bawah pimpinan Wali Kota Raden Adipati Ario Sam harus tunduk menyerah pada pasukan Jepang yang saat itu berkuasa di Kota Malang. Selama penjajahan Jepang yang cuma dua setengah tahun itu, Malang mengalami perubahan istilah pemerintahan. Pada prinsipnya pengambilalihan pemerintahan masih meneruskan sistem lama, hanya sebutan-sebutan dalam jabatan saja yang diganti dengan menggunakan Bahasa Jepang.
Praktik pemerasan penjajah tetap berlaku untuk kebutuhan logistik tentara Jepang. Pada masa penjajahan mereka, kerja paksa tetap dilakukan, malah lebih parah, demi memenuhi kebutuhan pasukan Jepang yang tersebar di hampir seluruh kawasan Asia Timur. Raden Adipati Ario Sam sebagai Wali Kota Malang tak bisa berbuat banyak.
Beruntungnya, penjajah Jepang turut memberikan sumbangsih mendidik para pribumi sehingga mengenal dunia militer. Kebutuhan Jepang akan bala tentara untuk ikut dalam Perang Pasifik memaksa mereka mendidik para pribumi untuk berperang. Berbeda dengan masa penjajahan Belanda, pada masa penjajahan Jepang masyarakat mendapat pendidikan yang lebih baik. Organisasi pemuda pun dibiarkan berkembang.
Sebelum masa pemerintahan Raden Adipati Ario Sam berakhir ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, ia pun digantikan. Adalah Mr. Soewarso Tirtowijogo yang menjadi Wali Kota pengganti dengan status yang sama, yakni caretaker.