
Masih ingat Didik Mangkuprojo? (C) SURABAYAHISTORICALCOMMUNITY
Grup lawak legendaris Indonesia, Srimulat memiliki banyak anggota yang berbasis di empat kota besar di Pulau Jawa, yakni Surabaya, Semarang, Surakarta, dan Jakarta. Srimulat Surabaya sendiri anggotanya banyak datang dari wilayah di Jawa Timur, termasuk Malang. Salah satu legenda seniman lawak itu adalah Didik Mangkuprojo.
Pria yang lahir di Malang, 28 Agustus 1938 itu punya nama asli Sunardi. Sementara nama Didik sendiri diambil dari nama putranya, sedangkan Mangkuprojo adalah nama panggung yang dimaksudkan sebagai Mangku atau orang yang bisa memomong (membimbing), dan Projo mempunyai arti agar tidak lupa asal usulnya sebagai orang Jawa.
Didik merupakan lulusan SR (Sekolah Rakyat) tahun 1950-an, yang juga sempat mengenyam pendidikan di Universitas Tawang Alun Jember (kini UNEJ) dan salah satu kampus di Kota Malang. Bahkan namanya pun pernah tercatat sebagai lulusan ATNI Yogyakarta. Pada tahun 1960-an sebelum memutuskan menjadi seniman lawak, Didik Mangkuprojo juga sempat menjadi dosen Jurusan Sospol HI di Kota Malang.
Didik memulai kariernya sebagai pelawak keliling sejak tahun 1970-an. Ketika sang pendiri Srimulat, Teguh Slamet Rahardjo membuka cabang di Surabaya, Didik memberanikan diri ikut gabung pada tahun 1978. Setelah bergabung di grup lawak ini bersama sejumlah nama pelawak lainnya seperti Asmuni, Nunung, Basuki, Tarsan, dan lain-lain, kariernya mulai menanjak. Nama Didik Mangkuprojo mendadak dikenal luas di Kota Surabaya, bahkan di penjuru Jawa Timur pada pertengahan tahun 1970-an hingga tahun 1990-an ketika pamor kelompok Srimulat Surabaya meredup.
Sebagaimana seniman lawak anggota Srimulat lainnya, Didik pun fasih meluncurkan banyolan-banyolan spontan yang cerdas. Seperti anggota Srimulat lainnya yang masing-masing memiliki ciri khas dalam penampilan atau tutur kata, Didik pun punya ciri khas gaya rambutnya yang minimalis di bagian tengah saja seperti anak punk.
Di hari tuanya, Didik Mangkuprojo masih manggung bersama Srimulat Surabaya yang didominasi oleh para personel baru. Mereka biasa menghibur di Gedung THR di Jalan Kusuma Bangsa Surabaya. Meski cuma sebulan sekali dan penontonnya para undangan khusus yang jumlahnya tak lebih dari 26 orang, tapi rutin.