
Kondisi kandang sapi di Peternakan Sapi Terintegrasi milik Erwin (C) KOMPASIANA
Sebagai daerah dataran tinggi, Kabupaten Malang sebelah utara dan timur memang cocok dijadikan sebagai lahan peternakan, tak terkecuali bagi sapi perah. Seperti di Kecamatan Jabung misalnya, terdapat peternakan sapi terintegrasi yang dikelola oleh pria bernama Erwin.
Banyak hal yang dapat dipelajari di peternakan yang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang ini. Mulai dari usaha peternakan sapi perah, pembuatan biogas, dan pupuk organik.
Di peternakan terintegrasi ini terdapat 30-an sapi perah yang berjajar rapi di kandang. Tampak terdapat penanda khusus pada sapi-sapi perah tersebut yang bertuliskan P Indilakto 337 di telinga si sapi. Kandang sapi perah itu sendiri tampak bersih, sehingga membuat sapi-sapi perah itu merasa nyaman dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Nyaris tak ada bau yang tercium dari kandang tersebut. Kandang sapi perah ini dibuat dengan sistem terintegrasi satu siklus, sehingga kotoran sapinya langsung diolah tanpa menyisakan bau menyengat.
Kotoran sapi atau yang lazim disebut telethong oleh orang Jawa ini diolah menjadi biogas, diproses secara alami melalui bak penampungan. Ukuran bak penampungan yang terbuat dari beton yang tertanam dalam tanah itu sekitar 4 x 5,5 meter, sehingga mampu menampung banyak kotoran sapi. Dari kandang, kotorang sapi perah langsung ditampung dalam bak tersebut setelah air kencingnya dipisahkan. Bak-bak penampungan itu kemudian dihubungkan dengan pipa dengan sistem yang terbilang sederhana untuk mengalirkan kotoran sapi dari penampungan sementara di kandang. Setelah diproses secara alami, dan menghasilkan energi biogas siap pakai, hasilnya kembali dialirkan dari bak penampungan melalui pipa menuju dapur.
Sapi-sapi perah di peternakan terintegrasi ini diberi makan rumput yang tidak sembarangan. Erwin selaku pengelola menyediakan rumput terbaik, dan jenis unggul, sehingga kotorannya pun tak berbau menyengat. Rumput yang diberikan sebagai makanan tergolong jenis rumput mott (rumput gajah), atau biasa disebut rumput odot. Ada sebagian masyarakat yang menyebutnya rumput gajah kerdil atau rumput gajah kate.
Hasil biogas di peternakan terintegrasi ini dapat dimanfaatkan langsung oleh Erwin untuk keperluan dapurnya. Pipa-pipa biogas tadi langsung tersambung dengan kompor biogas miliknya. Kompor-kompor ini yang kemudian dipakai untuk mengolah hasil susu sapi menjadi produk-produk turunan, seperti susu coklat atau susu rasa-rasa lainnya.
Selain menjadi biogas, kotoran sapi miliknya ada pula yang diolah menjadi pupuk organik. Pupuk ini berbentuk seperti pasir kering, lembut dan tidak berbau. Untuk membuat pupuk ini, Erwin menggunakan media cacing untuk mempercepat prosesnya. Dalam waktu sehari semalam, satu ton cacing cukup untuk mengurai tumpukan kotoran sapi. Pupuk organik ini kemudian dikemas ke dalam beberapa karung/sak kecil yang dijualnya per sak. Erwin menjual pupuk organik ini seharga 5.000 rupiah per saknya. Umumnya, pelanggannya adalah para petani bunga.
Sumber: http://www.kompasiana.com/m_yunus/belajar-dari-peternakan-sapi-mas-erwin_56c40044b493736c1179045f