
Asal mula nama Desa Sumber Pucung dari nama sumber mata air dan pohon pucung (C) RADIO RJS FM
Sumber Pucung merupakan nama desa sekaligus kecamatan di wilayah administratif Kabupaten Malang. Tak banyak yang tahu jika nama desa tersebut berasal dari nama pohon kluwek yang bijinya kerap menjadi bumbu dapur pada kuliner khas Nusantara.
Sebelum menjadi daerah hunian, wilayah Desa Sumber Pucung masih berupa sumber air yang dikelilingi hutan. Persis di atas lokasi sumber air tersebut tumbuhlah sebatang pohon kluwek atau yang biasa disebut pohon pucung. Menariknya, pohon yang diklasifikasikan sebagai pohon yang cuma ada di Indonesia ini berukuran sangat besar.
Pohon satu ini rata-rata memiliki tinggi 40 meter dengan diameter batang 2,5 meter dan tumbuh liar di daerah yang memiliki permukaan tanah 1000 meter di atas permukaan laut. Biji pucung sering dipakai sebagai bumbu dapur. Salah satu masakan yang menggunakan biji tersebut adalah rawon.
Sesuai dengan kebiasaan masyarakat Jawa pada umumnya, penamaan suatu tempat biasanya selalu diambil dari hal-hal yang luar biasa menarik perhatian. Tak heran jika sumber air yang di tengahnya ditumbuhi pohon pucung itu kemudian dinamakan Sumber Pucung.
Lantaran lokasinya yang cukup strategis, berada di jalur selatan yang menghubungkan Malang dengan Blitar di sebelah baratnya, akhirnya banyak yang bermukim. Daerah di sekitaran sumber mata air tersebut pun menjadi daerah pemukiman. Satu-persatu para pendatang bermukim di tempat tersebut, termasuk para pelarian dari Kerajaan Mataram yang hijrah ke Jawa Timur melalui jalur selatan.
Pembentukan Desa Sumber Pucung sendiri baru dilakukan pada tahun 1897 saat Pemerintah Kolonial Belanda membentuk Pemerintahan Kolonial di Indonesia. Mereka pun membentuk daerah yang secara administratif menjadi bawahan pemerintah pusat, yakni Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, hingga Desa. Pada pembentukan desa-desa di area Kabupaten Malang, akhirnya dibentuklah Desa Sumber Pucung.
Wilayah administratif Desa Sumber Pucung membawahi beberapa dusun. Di antaranya Dusun Krajan, Rekesan, Pakel, Suko, Sumber Ayu, Bandung, Lumbu Peteng dan Karangkates. Dalam perkembangannya, jumlah dusun di desa ini berkurang, menjadi lima saja, yaitu Krajan, Pakel, Suko, Bandung dan Karangkates. Kemudian, pada tahun 1992, Pemerintah Kabupaten Malang menggabungkan Dusun Karangkates dan Bandung menjadi Desa Karangkates, untuk lebih mempercepat perkembangan kemajuan desa, karena luas dan banyaknya jumlah penduduk.