Maret 21, 2023
?>
Abdul Manan pemimpin Batalyon yang melakukan wingate action ke Karangploso (C) WARKOPMBAHLALAR

Abdul Manan pemimpin Batalyon yang melakukan wingate action ke Karangploso (C) WARKOPMBAHLALAR

Wingate Action alias menyusup ke belakang garis pertahanan Belanda juga pernah dilakukan Batalyon Abdul Manan dari Pujon ke Karangploso di masa yang sama, seperti yang diceritakan dalam buku Perjuangan Total Brigade IV.

Wingate Action pertama dan terkenal dilakukan Brigade III/Divisi I Damarwulan yang saat itu dipimpin Moch. Sroedji dari Kediri bergerak kembali ke Jember. Aksi ini dilakukan di saat gencatan senjata usai Persetujuan Renville dengan tujuan menyusup ke belakang garis pertahanan Belanda. Aksi serupa juga pernah dilakukan Batalyon Abdul Manan dari Pujon ke Karangploso di masa yang sama, seperti yang diceritakan dalam buku Perjuangan Total Brigade IV.

Setelah persetujuan gencatan senjata tercapai, Batalyon Abdul Manan berkedudukan di sekitar bukit-bukit sebelah timur Pujon, yang sekaligus merupakan pertahanan utama yang menghadap ke arah Kota Batu. Sementara itu, Kota Batu pada waktu itu sedang diduduki pasukan Belanda. Pasukan musuh kerap melakukan pelanggaran gencatan senjata untuk memancing pasukan TNI, sehingga pertempuran secara sporadis pun tak terhindarkan.

Dari hasil Persetujuan Renville membuat pihak TNI menyadari bahwa Belanda pasti pada saatnya akan melakukan pelanggaran. Karenanya, pada masa itu dilakukan berbagai persiapan untuk menghadapi segala keadaan yang mungkin akan terjadi. Salah satu langkah strategis yang disiapkan adalah dengan memberikan perintah siasat yaitu jika Belanda menyerang wilayah Republik, maka kompi-kompi dari Batalyon Abdul Manan melakukan wingate action ke dalam daerah pendudukan musuh dan menguasai wilayah tertentu dengan cara gerilya.

Tugas utama ini diserahkan pada Kompi Sumeru, yaitu Kompi I dari Batalyon Abdul Manan, di mana mereka harus menguasai wilayah Kawedanan Singosari, yang meliputi Kecamatan Karangploso, Singosari, Lawang, dan Kawedanan Pandaan.

Sebenarnya pada tanggal 17 Desember 1948, Komandan Batalyon Mayor Abdul Manan sedang berada di Kediri untuk mengikuti upacara di Kuak, dalam rangka penggabungan antara divisi-divisi yang ada di Jawa Timur menjadi satu divisi dengan nama Divisi Brawijaya. Dalam kesempatan tersebut, Mayor Abdul Manan didampingi oleh ajudan dan Komandan Kompi I Kapten Sumeru. Namun, pada tanggal 18 Desember 1948, sore harinya, komandan batalyon dan para pengikutnya telah sampai kembali ke Markas Komando Batalyon di Pujon.

Agresi Militer II oleh Belanda pun pecah di Malang. Pada tanggal 19 Desember 1948 pagi dini hari, pasukan Belanda telah berada di belakang garis pertahanan di sekitar Ngantang. Mereka hendak menguasai pusat tenaga listrik Mendalan, meski akhirnya gagal karena dipertahankan mati-matian oleh TNI.

Kabar masuknya pasukan Belanda ke belakang garis pertahanan TNI ini tersiar oleh rakyat yang datang berbondong-bondong melaporkan hal tersebut kepada komandan batalyon yang diterima oleh Kapten Sumeru yang kebetulan menginap di tempat tersebut. Selanjutnya informasi tersebut diteruskan kepada komandan batalyon di Pujon.

Perintah siasat pun segera dijalankan oleh Kompi I Kapten Sumeru. Mereka menyiapkan segala sesuatunya untuk memasuki wilayah Kawedanan Singosari. Pertama dengan menyusun petunjuk-petunjuk untuk melakukan wingate action. Komandan Kompi beserta Seksi II dan III di bawah pimpinan Letnan Suwandi dan Letnan Supanggih akan segera masuk untuk menduduki tempat tujuan. Kedua, Seksi I yang dipimpin Letnan Sutomo bergerak menyusul kemudian, setelah diperkirakan gerakan yang pertama berhasil memasuki daerah pendudukan Belanda. Sambil menunggu hasil gerakan pertama, Seksi I disiagakan di basis sekitar Tawangsari, Pujon.

Pada gerakan pertama, tanpa diduga ternyata Kompi Sumeru mengalami kegagalan, karena di daerah Junggo mereka terjebak pertempuran sengit dengan Belanda. Hal itu diduga karena pihak musuh sudah mencium rencana gerakan pasukan TNI, sehingga mereka telah mempersiapkan pasukan dengan kekuatan besar untuk menghadang. Kompi Sumeru pun akhirnya kembali ke daerah basis di Pujon untuk mengadakan konsolidasi. Hanya saja, Seksi Sutomo diperintahkan untuk bergerak menuju daerah sasaran.

Pada gerakan kedua yang dipimpin oleh Komandan Seksi, mereka membawa kekuatan sebanyak 130 orang. Rombongan diperkuat beberapa anggota Polri, dan anggota dinas dari unsur pemerintahan sipil, termasuk camat Republik untuk Karangploso, Suwartono. Mereka menempuh rute dari basis Tawangsari melewati Wiyurejo, bergerak ke kiri melewati Bagean Borah, menerobos hutan untuk menghindari kemungkinan kontak langsung dengan pasukan Belanda. Kurang lebih dua hari dua malam mereka tempuh dengan berjalan kaki. Waktu istirahat hanya sekedar untuk mengisi perut dengan cara merebus tanaman-tanaman di dalam hutan yang dapat dimakan. Akhirnya mereka sampai di daerah Sumber Brantas. Memutuskan beristirahat selama sehari, di sini banyak warga masyarakat yang memberikan bantuan makanan.

Perjalanan wingate action Batalyon Abdul Manan ini kemudian dilanjutkan ke Gunung Papak. Seluruh pasukan siap siaga di sekitar kampung sebelum seluruh rombongan memasuki kampung Sumberilang. Beberapa orang yang sudah mengenal medan tersebut ditugaskan untuk menyelidiki keadaan kampung. Ternyata, seluruh warga kampung Sumberilang masih tetap setia kepada pemerintah RI. Bahkan, pasukan kemudian memilih kampung ini untuk menyusun rencana operasi pembersihan ke desa-desa di wilayah Kecamatan Karangploso.

Para anggota rombongan dari unsur pemerintahan sipil dan orang-orang kehutanan yang mengetahui keadaan daerah Karangploso segera diadakan hubungan dengan beberapa kepala desa dan penduduk yang menurut pengamatan masih setia pada pemerintah RI. Hasilnya, dapat diketahui siapa yang masih dapat diharapkan kesetiaannya kepada RI dan siapa yang bekerja sama dengan pihak Belanda. Tanpa membuang waktu lama, data mengenai siapa saja kaki tangan musuh dan apa yang dilakukannya sudah terkumpul. Kemudian, dipilihlah siapa saja petugas yang akan melakukan gerakan pembersihan.

Selain itu, mereka juga menjelaskan pada seluruh masyarakat tentang mulianya perjuangan yang dilakukan ini. Dibentuklah kelompok-kelompok kecil untuk melaksanakan tugas operasi penerangan ini. Mereka terdiri dari tiga orang dengan pimpinan satu orang dari unsur militer.

Dalam waktu yang singkat hampir seluruh masyarakat Kecamatan Karangploso telah benar-benar menjadi warga RI yang dengan sukarela membantu perjuangan menurut bidangnya masing-masing. Selanjutnya, Soewartono dengan mudah dapat menyusun pemerintahan RI di Karangploso, sekaligus juga dapat mengadakan berbagai pertemuan dinas para kepala desa se-Kecamatan Karangploso.

Dalam gerakan di daerah Karangploso itu, pasukan Batalyon Abdul Manan mendapat bala bantuan dari Seksi Basirun dari Kompi Sullam Syamsun yang pada waktu itu terpisah dari induk pasukannya. Mereka bergabung dengan Seksi Sutomo untuk sementara waktu dengan tugas menegakkan pemerintah RI di Karangploso. Setelah pemerintah RI di Karangploso mulai berfungsi, pasukan dipersiapkan untuk mengadakan serangan ke pos-pos Belanda yang berkedudukan di Pendem dengan tujuan membuktikan bahwa TNI masih mempunyai kekuatan dan dapat menyerang musuh pada setiap saat. Selain itu, sering juga diadakan serangan terhadap patroli musuh yang menggunakan kendaraan bermotor. Semua gerakan tersebut dilakukan secara kilat dan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga dapat bergerak lincah serta memusingkan Belanda.

Selama masa menjalankan Wingate Action Batalyon Abdul Manan ini Belanda juga seringkali melancarkan serangan untuk menghancurkan pasukan TNI. Pasukan Belanda melakukan berbagai patroli ke kampung-kampung dan juga aksi pembersihan secara besar-besaran dengan mengerahkan kekuatan darat dan udara. Operasi yang dilakukan Belanda di daerah Karangploso pada sekitar bulan Februari-Maret 1949 memakan korban gugurnya komandan regu Kopral Sumedi di Desa Tegalgondo dan seorang komandan regu Sertu Madasih tertangkap di Desa Ngijo lalu ditembak mati di pos Ngroto, Pujon. Sedangkan seorang anggota TNI, Pratu Muchotib, gugur di Kangrengan, Karangploso.

Sementara itu, Kompi Sumeru yang sempat mengadakan konsolidasi di daerah basis Pujon, dalam waktu singkat juga segera bergerak menuju sasaran semula ke daerah Singosari dan Lawang. Seksi Sutomo yang sudah terlebih dahulu berada di Karangploso berhasil dihubungi. Dengan demikian, unsur pimpinan Kompi Sumeru berhasil ditemui dengan tujuan untuk secara bersama-sama merumuskan pelaksanaan perintah siasat batalyon. Setelah diputuskan cara-cara bertindak yang harus dilakukan, seksi-seksi dan kelompok staf kompi bergerak dalam bentuk kelompok 3-4 orang menuju daerah sasaran yang telah ditentukan dengan berpakaian seperti penduduk. Seksi Sutomo berkedudukan di wilayah Karangploso, Seksi Suwandi di wilayah Lawang, Seksi Supanggih di wilayah Singosari, sedangkan untuk kelompok staf kompi berkedudukan di Desa Langlang dan sekitarnya.

?>