
Warung Biyen (C) SUMBERPUCUNG17
Warung Biyen yang ada di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang menjadi saksi enam masa pemerintahan di Indonesia. Berdiri sejak tahun 1932, warung ini mengalami pasang surut di masa penjajahan Belanda, Jepang, kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan era reformasi.
Bila Anda sedang dalam perjalanan dari Malang ke Blitar atau sebaliknya, maka tak sulit untu menemukan warung ini. Warung Biyen terletak di Jalan Bendungan Lahor, RT.11/RW.02, Desa Karangkates, Kecamatan Sumber Pucung. Warung ini buka setiap hari, mulai pukul 07.30 sampai 14.00 WIB.
Letak Karangkates dari dulu memang cukup strategis. Berada di jalur utama lalu lintas antara Malang dan Bliter, membuat jalan raya Sumberpucung selalu ramai. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan warga untuk mendirikan usaha warung. Salah satu usaha kuliner rumahan yang bertahan hingga kini adalah Warung Biyen yang sekarang ini dikelola oleh ibu Umi Kulsum dan bapak Tukimun yang merupakan generasi keempat.
Keduanya mengelola Warung Biyen ini sejak tahun 2006, di mana saat itu Pak Tukimun sedang menjabat sebagai Kepala Desa Karangkates (2003-2013). Ibu Umi Kulsum melanjutkan usaha saudaranya, Sumiati (generasi ketiga pengelola warung ini) yang meninggal dunia karena kecelakaan.
Warung Biyen kini menyajikan menu andalan Nasi Pecel Mbok Kembar (yang diambil dari nama sang pendiri warung). Selain itu ada kare ayam kampung, soto daging, nasi campur, dan yang paling favorit adalah kotokan ikan nila/mujaer.
Lokasi warung ini sekarang berpindah ke sisi utara jalan, tepatnya di sebelah utara Jalan Raya Karangkates, sekitar 500 meter sebelah timur Bendungan Sutami (Karangkates). Meski ukurangnya tak terlalu besar, kebersihan warung ini selalu terjaga dengan baik, harganya terjangkau, dan rasanya yang pas tidak berlebihan. Selain melayani pelanggan yang datang, rupanya Warung Biyen juga melayani banyak nasi pesanan untuk acara-acara tertentu. Baik dalam partai kecil maupun besar, akan dilayani semua.
Pelanggannya ternyata tak cuma orang yang sekadar mampir karena sedang melintas di jalan Malang-Bliter. Ada pula yang datang dari kalangan pejabat desa. Hal ini tak lepas dari aktifnya Ibu Umi Kulsum dalam acara-acara semasa sang suami menjabat sebagai Kepala Desa. Kebetulan, dulu saat menjadi ibu Kades, Ibu Umi Kulsum kerap didapuk sebagai penyedia konsumsi, sehingga kelezatan masakannya sudah diakui di kalangan pejabat desa dan warga sekitar.
Sebelumnya, Warung Biyen ini dikelola oleh Ibu Sumiati sejak tahun 1991. Pada masa peralihan itu, almarhumah tetap mempertahankan menu-menu lawas yang melegenda seperti pecel khas warung ini. Selain itu, ia menambahkan menu-menu yang lagi nge-hits di masanya, seperti aneka olahan ikan dan udang, pelasan ikan, rawon, soto, urap-urap, lodeh, dan nasi campur. Saat itu, Warung Biyen berlokasi di sebelah selatan jalan, tepatnya di depan warung yang sekarang. Ketika Ibu Sumiati mengalami kecelakaan di tahun 2005, warung ini sempat vakum beberapa waktu, sebelum akhirnya dilanjutkan oleh Ibu Umi Kulsum.
Sebelum dipegang oleh Ibu Sumiati, Warung Biyen ini dikelola oleh generasi kedua, Ibu Ngatirah sejak tahun 1962. Ia mewarisi usaha warung ini dari ibunya, Mbok Kembar. Dulu lokasinya berada di selatan jalan (di depan warung yang sekarang). Meski demikian, menu dari sang ibu tetap dipertahankan. Ibu Ngatirah menjalankan usaha warung ini selama kurang lebih 29 tahun.
Mbok Kembar merupakan pendiri Warung Biyen ini. Sejak tahun 1932, warung ini belum ada namanya. Mbok Kembar menjual nasi pecel (menu andalan yang bertahan hingga kini), dawet, rondo royal (tape goreng), kojor (sepe goreng), godoh (pisang goreng). Sebelum pindah ke selatan jalan, warung Mbok Kembar berada di sisi utara, tepatnya di sebelah timur warung yang sekarang. Setelah bertahan selama 30 tahun, Mbok Kembar memutuskan untuk pensiun dan mewariskan usaha ini kepada anaknya, Ibu Ngatirah.