
Jalan Satsui Tubun, Penghubung Dua Jalur ke Malang Selatan (C) 103,7 FM
Ada dua jalur utama dari Kota Malang menuju ke Malang Selatan, yakni melalui perempatan Gadang, dan pertigaan Kacuk. Kedua jalur tersebut terhubung oleh jalan bernama Jalan Satsui Tubun.
Jalan ini membentang dari ujung timur, perempatan Gadang, hingga ke barat, pertigaan Kacuk. Jalan Satusui Tubun tergolong pendek jika dibandingkan dengan jalan-jalan utama di Kota Malang lainnya yang menggunakan atribut nama pahlawan. Panjangnya hanya sekitar satu kilometer saja, sehingga dari ujung ke ujung bisa ditempuh dalam waktu kurang dari lima menit jika tidak macet. Jalan ini masuk dalam wilayah Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Dari arah timur, Jalan Satsui Tubun berawal di perempatan Gadang ke arah barat. Di sekitar situ ada Bank Mandiri, dealer kendaraan bermotor, berbagai jenis usaha kuliner, dan lain-lain. Ada pula kantor PLN (Perusahaan Listrik Negara), SDN Kebonsari I, Masjid Besar Nurul Muttaqin, PT Gunawan Sukses Abadi, dan lain-lain.
Sebelum sampai ke ujung barat, Anda akan melintasi perlintasan kereta api yang melintang memotong Jalan Satsui Tubun dari utara ke selatan. Meski tak sepenuhnya menjamin, perlintasan kereta api ini tergolong aman, karena sudah dilengkapi oleh palang pintu sebagai pengamanan. Tetaplah waspada, karena di perlintasan kereta api ini kerap terjadi macet, terlebih di jam-jam melintasnya kereta api. Setelah palang pintu kembali dibuka, biasanya banyak pengendara yang tak mau mengalah.
Mendekati ujung Jalan Satsui Tubun sebelah barat, yakni pertigaan Kacuk, juga kerap menjadi titik kemacetan. Hal itu tak lain dan tak bukan lantaran kawasan ini sering menjadi terminal bayangan untuk nge-tem-nya bus dan bison jurusan Malang-Blitar-Tulungagung. Mereka biasa menempati bahu jalan sebelah selatan untuk menunggu calon penumpang.
Nama Jalan Satsui Tubun sendiri diambil dari nama salah seorang Pahlawan Revolusi bernama Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) Anumerta Karel Satsui Tubun. Bersama jenderal-jenderal Angkatan Darat, pahlawan asal Maluku ini tewas menjadi korban Gerakan 30 September/PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1965.