April 2, 2023
?>
Ilustrasi teror penghuni vila di Kota Batu (C) GOGEL BERITA

Ilustrasi teror penghuni vila di Kota Batu (C) GOGEL BERITA

Anda yang sering mengadakan acara diklat atau semacamnya pasti sering menginap di vila sewaan yang kerap kita jumpai di Kota Batu. Namun, pernahkah Anda mengalami kisah mencekam diteror penghuni vila.

Anda yang sering mengadakan acara diklat atau semacamnya pasti sering menginap di vila sewaan yang kerap kita jumpai di Kota Batu. Namun, pernahkah Anda mengalami kisah mencekam diteror penghuni vila.

Kisah mencekam di vila sewaan itu pernah dialami oleh seseorang yang diceritakannya di sebuah laman yang beralamatkan di www.gogelberita.com pada Juli 2016 lalu. Artikel itu berjudul Kisah Teror Villa Angker di Tengah Kota Batu.

Tanpa menyebutkan alamat lengkapnya, penulis artikel tersebut menyewa sebuah vila di Kota Batu untuk keperluan ajang rekruitmen anggota baru. Panitia kemudian memutuskan untuk menggelar outbond dan juga diklat di villa yang sudah disewa tersebut. Kala itu, si penulis mendapatkan tugas sebagai koordinator konsumsi.

Diceritakannya, pada hari pertama ketika rombongan tiba di vila sewaan tersebut mereka sempat kaget melihat banyaknya lukisan manusia yang tidak jelas bentuk dan sedang apa. Sepertinya yang tergentung di dinding itu adalah lukisan abstrak. Bahkan, si penulis sempat tidak yakin bakal menginap di vila tersebut.

Setelah makan siang, si penulis dan rekannya memutuskan untuk memberi materi kepada peserta diklat. Mereka melakukan evaluasi dan memberikan pengajaran tentang teknik peliputan berita yang baik dan benar. Si penulis bersyukur pada hari pertama tidak mengalami tanda-tanda yang aneh.

Hal yang aneh itu baru muncul di hari kedua, saat si penulis membagikan roti untuk sarapan pagi kepada para peserta. Seorang peserta wanita meminta agar para peserta wanita dipindahkan ruangan tidurnya dari kamar semula. Menurut pengakuan si cewek, ruangan kamar yang mereka tempati agak ngeri. Namun, si penulis berpikir itu biasa saja dan mungkin karena si peserta wanita itu memang anaknya penakut.

Begitu malam tiba, si penulis bersama dua rekan sesama laki-laku memutuskan untuk berburu foto ke kebun tak jauh dari vila yang mereka sewa. Sepulangnya dari hunting foto tersebut, kejadian mencengangkan menimpa mereka. Usai puas berburu foto, mereka kembali ke vila melalui jalan kampung. Si penulis sempat merasa merinding, terlebih ketika mereka melintasi sebuah pemakaman umum dalam perjalanan pulang.

Benar saja, entah apa penyebabnya, tiba-tiba lampu penerangan jalan meledak tepat di atas kepala mereka. Ada seorang warga yang mendekat untuk bertanya kondisi kami. Yang cukup mengherankan, si bapak itu bertanya, “Lho, ke mana temannya cewek yang tadi ada di paling belakang, kok tidak ada? Tidak kena pecahan lampu kan?”.

Seketika bulu kuduk mereka merinding, terutama si penulis. Sebab, mereka sadar dari berangkat cuma bertiga, laki-laki semua, dan tidak mengajak teman cewek. Wajah mereka langsung pucat, saking takutnya. Si penulis yang berada di barisan paling belakang menyakinkan dua temannya bahwa di belakangnya tidak ada siapa-siapa. Rasa takut kemudian memaksa mereka bergegas kembali ke vila dan langsung tidur tanpa mau membahas kejadian di perjalanan pulang dari perkebunan tersebut.

Keesokan harinya, tepatnya pada pukul 04.00 WIB, si Ketua Panitia memerintahkan peserta dan panitia untuk duduk melingkar tanpa ada lampu yang menyala. Pandangan si penulis hanya terpaku ke depan dan kemudian mulai menghitung jumlah peserta. Betapa terkejutnya si penulis ketika mendapati jumlah peserta bertambah satu orang. Rasa takut pun mulai menyelimutinya. Lalu, ia pun melaporkannya pada seorang panitia wanita. Ternyata si wanita pun merasakan keganjilan yang sama.

Saat si penulis menyadari ada seorang peserta yang agak aneh, tiba-tiba terdengar suara kereta api dan terdengar suara lukisan jatuh. Si penulis pun langsung menyalakan lampu. Namun, yang terjadi ternyata tak tampak satu pun lukisan yang jatuh dari gantungannya di dinding. Si peserta aneh tadi tetap ada, tapi tak seorang pun mengenalinya. Ia menampakkan wajah pucat, rambut acak-acakan dan mengenakan sweater merah, dengan tetap menundukkan kepala serta duduk terdiam di pojokan ruangan. Saat ia mengangkat mukanya, betapa terkejutnya semua panitia dan peserta diklat. Mereka lari ketakutan karena melihat wajah seramnya yang setengah hancur, bertaring dan matanya yang merah menyala menatap. Semuanya pun berlarian ke luar karena teror penghuni vila tersebut.

Tanpa arah dan tujuan, mereka akhirnya sampai di pertigaan jalan. Lantas, tiba-tiba ada pohon yang tumbang. Yang mengerikannya lagi, ada penampakan pocong di atas pohon tumbang tersebut. Kontan, wajah si pocong dengan bentuknya yang tak jelas dan menyeringai membuat semuanya berhamburan. Tiba-tiba ada seorang warga yang datang menenangkan mereka. Setelah menceritakan apa yang baru saja terjadi, warga tersebut mengantarkan rombongan kembali ke vila.

Keesokan harinya, pemilik vila pun bercerita, bahwa dulu ada mahasiswa perempuan yang menyewa vilanya itu meninggal karena tertimpa lemari. Sejak kejadian itu, banyak sekali teror kepada siapa pun yang menyewa vilanya. Mungkin perempuan yang menampakkan diri sebagai peserta aneh itulah mahasiswa perempuan yang diceritakan si pemilik vila.

?>