
RSJ Lawang (C) MALANG TODAY
Anda tahu Nonik Belanda? Itu lho, sosok perempuan berparas cantik khas Eropa yang biasanya mengenakan gaun pengantin berwarna putih. Penampakan semacam ini kerap terlihat di areal Rumah Sakit dr. Radjiman Widyodiningrat (RSJ Lawang).
Rumah Sakit Jiwa yang terletak di Desa Sumberporong, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang ini disebut-sebut sebagai RSJ tertua kedua di Indonesia setelah Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Rumah sakit tersebut direncanakan sejak 1865, namun baru dibangun mulai tahun 1884 dan diresmikan pada 23 Juni 1902 dengan nama Krankzinnigengestich te Lawang.
Soal cerita mengenai penampakan Nonik Belanda di RSJ Lawang ini sudah bukan rahasia lagi di kalangan para pegawai rumah sakit, meski tidak semua orang bisa melihat sosoknya. Dilansir dari penuturan salah seorang pegawai yang enggan disebutkan namanya dalam laman Malang Today, penampakan itu kerap disebut Nonik Belanda lantaran kerap menampakkan diri dengan ‘kostum’ wanita Belanda khas zaman dahulu. Penampakannya sama cantiknya seperti patung yang dipajang di Museum Kesehatan Jiwa, yang juga masih berada di dalam komplek RSJ Lawang.
Masih dilansir dari laman yang sama, banyak cerita mistis mengenai penampakan Nonik Belanda di RSJ Lawang tersebut. Namun, cerita yang paling populer di masyarakat adalah sifat si penampakan yang gemar membantu keluarga pasien. Menurut si penutur, pernah suatu waktu ada tamu keluarga pasien yang bermalam di Guest House yang disediakan rumah sakit ini. Orang itu mengaku lupa tidak mencuci pakaian dan peralatan minum di malam hari. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati semuanya sudah tertata rapi pada pagi harinya.
Mengenai siapa sosok Nonik Belanda itu sebenarnya, belum ada yang mengetahuinya secara pasti. Namun, penampakan sosok tersebut diduga kuat berasal dari pemakaman Belanda yang ada di belakang RSJ Lawang. Makam kuno ini terletak tak jauh dari bangunan utama rumah sakit, tepatnya di sebelah timur lapangan sepakbola.
Makam yang dimaksud dikenal warga sekitar dengan sebutan Makam Belanda, karena banyak orang bekebangsaan Belanda dimakamkan di kompleks pemakaman ini. Banyak pula batu nisan yang bertuliskan kata-kata dengan kalimat Bahasa Belanda. Jika dilihat tulisan tahun pada batu nisan di pemakaman tersebut, makam ini sudah ada sejak akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an. Seiring berjalannya waktu, sejak berdirinya RSJ Lawang, maka kompleks pemakaman tersebut dialihfungsikan menjadi tempat pemakaman umum untuk para pasien rumah sakit yang meninggal dunia dan tidak diketahui siapa keluarganya.
Makam di areal RSJ Lawang ini masih sering dikunjungi oleh turis yang berasal dari Belanda. Mereka mendatangi makam kuno tersebut untuk sekadar mencari tahu keberadaan sanak keluarganya yang pernah tinggal dan dikabarkan meninggal serta dimakamkan di Indonesia. Mereka bisa mengetahuinya dengan cara mengecek tulisan pada batu nisannya.