
Candi Kidal (C) MERDEKA.COM
Empat tahun setelah diangkat sebagai Letnan Gubernur Jawa pada tahun 1811, ketika Kerajaan Inggris mengambil alih jajahan-jajahan Kerajaan Belanda, Sir Thomas Stamford Raffles mengunjungi Malang. Dalam perjalanan yang dicatatnya dalam buku “The History of Java” itu, diungkapkannya sebuah penemuan reruntuhan Candi Kidal dan Candi Jago di kawasan yang terletak di sebelah tenggara dari arah Singosari, Kabupaten Malang.
Perjalanan Raffles ke Malang yang dibukukannya itu tak cuma mengunjungi Candi Singosari dan menemukan beberapa artefak lainnya. Setelah mengunjungi seluruh tempat yang diselidikinya di sekitar Singosari, Raffles memimpin rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke Malang sebelah tenggara. Setelah menemukan reruntuhan bekas Benteng Kuto Bedah, rombongan Raffles keesokan harinya melanjutkan perjalanan menuju reruntuhan di Kedal (Kidal) dan Jagu (Jago), yang berjarak sekitar tujuh mil.
Di Kedal (Kidal) terdapat sisa-sisa sebuah candi yang sangat indah dari batu, di mana tingginya sekitar 35 kaki. Bangunan itu disangga seekor singa di setiap pilar dari empat pilar yang ada dan juga pada tangga pintu masuk. Pada bagian tengah di tempat yang lebih rendah, antara singa-singa itu, terdapat patung dalam bentuk relief di dinding. Hasil cetakan pahatan di dinding ini mempunyai gaya yang sama dengan yang ditemukan di Brambanan (Candi Prambanan) dan Boro Bodo (Candi Borobudur), tetapi masih lebih indah. Bangunan ini dikelilingi dinding dan di bagian depan terdapat teras. Kamar-kamarnya mempunyai bentuk yang sama dengan candi-candi di Pulau Jawa pada umumnya. Terdapat kepala gorgon di atas pintu masuk, dan kamarnya sendiri berupa lubang yang dalam.
Dalam bukunya, Raffles juga menyebutkan mereka tidak menemukan patung Hindu atau jejak-jejak mitologi Hindu, kecuali singa-singa itu, dan patung-patung dalam relief yang telah disebutkan sebelumnya. Semua itu ditampilkan lagi dalam bentuk yang sama, tetapi mempunyai perbedaan dalam perlengkapannya. Pada salah satu dari tiga sisinya terdapat ular naga besar yang melilit di atas kepala, ekornya dipegang di tangan kanan, dan kendi di tangan satunya, dengan kepala ular mencapainya, yaitu di bagian kepala patung, dan pada bagian yang lain terdapat patung wanita yang bersandar pada kepala seekor ular naga.
Saat ditemukan, Candi Jago dalam kondisi diselimuti lebatnya hutan. Reruntuhan candi tersebut ditemukan rombongan Raffles dalam jarak beberapa yard masuk ke dalam hutan. Bangunan candi tersebut diklaim mempunyai ukuran lebih besar daripada candi-candi lain yang ditemukannya sebelumnya.
Raffles juga menyebutkan, dasar bangunan utama lebih besar daripada candi-candi lain yang pernah mereka kunjungi di bagian barat pulau, ditambah lagi di sana terdapat dua atau tiga teras bertingkat, tetapi atap dan bagian belakang bangunannya telah hilang. Di belakang reruntuhan dan pada titik yang sama telah roboh, dan terdapat sebuah patung Hindu yang rapuh. Bagian dasar patung ini masih utuh dan tergeletak di dekatnya. Yang diketahuinya, bagian kepalanya telah dibawa ke (Kota) Malang beberapa tahun sebelumnya oleh orang-orang Belanda.
Pada bagian belakang, mereka menemukan sebuah prasasti dalam huruf Dewanagari, dan oleh orang Sepoy yang menemani kami disebutkan bahwa tulisan itu adalah bahasa Sanskrit (Sansekerta). Karakter pada tiap sisinya sangat berbeda, tetapi sayang bagian yang ada di belakang kepala telah terhapus.
Bangunan ini mempunyai banyak ornamen yang merupakan hasil pahatan, dan berbagai rangkaian cerita pertempuran antara angkatan perang manusia dan angkatan perang raksasa. Patung-patung ini diukir dengan kasar dan tidak proporsional, tetapi secara umum kekayaan ini lebih berpengaruh daripada gaya ornamen Boro Bodo (Candi Borobudur). Di tempat ini berbagai prosesi dan sikap perilaku diceritakan dalam bagian-bagian yang berbeda, tetapi mereka tidak dapat mengamati sosok lain atau objek pengorbanan lain yang sesuai di sepanjang hiasan dinding yang terdapat di sana.
Raffles banyak menemukan burung-burung dan binatang buas dalam berbagai diskripsi yang saling berhubungan. Pada salah satu bagian terdapat sebuah pohon palem di antara dua ekor domba yang saling berdekatan, dan di sisi lain terdapat seekor babi hutan yang bentuknya sampurna, terutama sebagai benda yang menyertai pengorbanan.
Pada jarak yang tidak terlalu jauh dari bangunan utama, kira-kira sekitar seratus yard, terdapat reruntuhan yang tampak memiliki teras yang ditinggikan hingga sekitar 20 kaki. Pada salah satu sisi, mereka harus mendaki dengan tangga batu yang bentuknya masih baik.