
Tiga Tokoh Penting dalam Sejarah Desa Amadanom
Sejarah Desa Amadanom, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang tak lepas dari kehadiran tiga tokoh penting yang diyakini sebagai sosok yang melakukan babat alas. Menariknya, nama ketiga tokoh itu akhirnya disatukan membentuk sebuah akronim untuk menamai desa tersebut.
Sebagaimana daerah Malang selatan lainnya, pada zaman dahulu kala, Amadanom merupakan wilayah hutan belantara. Kemudian, datanglah tiga orang prajurit pengikut Pangeran Diponegoro yang melarikan diri ke bagian timur Pulau Jawa setelah sang pemimpin tertangkap Belanda. Ketiga prajurit ini dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai (Senopati ing Ngalogo dari Mataram). Ketiganya adalah Ahmad, Dono, dan Kasan Anom.
Dalam perjalanan hijrah ke timur, mereka bertiga sampailah pada suatu tempat yang banyak perbukitan. Diperkirakan mereka sampai di situ sekitar tahun 1860. Akhirnya ketiganya memutuskan untuk babat alas atau membuka lahan di daerah tersebut. Mereka berpetualang ke timur tak sendiri, karena sanak keluarga dan kerabat pun menemani.
Hutan belantara yang mereka buka akhirnya menjadi sebuah pemukiman. Pada saat itu, ternyata banyak yang menghina ketiga orang ini. Hal itu tak lepas dari keputusan mereka memilih daerah berbukit untuk dijadikan permukiman ketimbang daerah lain yang lebih rata.
Namun, ketiga orang tersebut cuek saja dengan suara sumbang orang sekitar. Terbukti, lambat laun, populasi jumlah penduduk kian bertambah. Untuk mengenang jasa ketiga orang tersebut, nama Ahmad, Dono, dan Kasan Anom pun diabadikan menjadi nama kampung ini. Nama ketiganya membentuk sebuah akronim Amadanom yang dijadikan nama desa tersebut.