Maret 23, 2023
?>
Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun (C) LIRIKMALANG

Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun (C) LIRIKMALANG

Kabupaten Malang memiliki Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun. Padepokan tersebut diklaim sebagai satu-satunya padepokan yang merawat Topeng Malangan demi mempertahankan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan asli Malang tersebut.

Padepokan ini berlokasi di Dusun Kedungmonggo, Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Letaknya sekitar 11 km dari pusat Kota Malang ke arah selatan. Kecamatan Pakisaji sendiri berbatasan langsung dengan Kota Malang bagian selatan.

Konon, kesenian Topeng Malangan ini sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit. Kesenian Topeng Malangan ini berawal dari seorang abdi dalem ukir Kabupaten Malang yang bernama Condro atau dikenal dengan Mbah Reny yang tinggal di Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Pria yang juga dikenal dengan nama Gunawan itu merupakan seorang kurir pengantar surat yang bekerja pada orang Belanda bernama Ny. Yolis. Ia adalah bekas abdi dalem bupati yang pernah belajar menari pada Kanjeng Surya. Setelah Ny. Yolis meninggal, Gunawan mengikuti anak dari Ny. Yolis yang bernama Van der Khol di Desa Blado, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang.

Setelah Van der Khol meninggal, ia bersama anaknya, Marwan, pindah ke Desa Bangelan, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Di sana ia bersama anaknya mendirikan kelompok wayang topeng yang salah satu penarinya berasal dari Dusun Kedungmonggo, Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji yang bernama Serun.

Setelah Serun pulang ke daerahnya di Kedungmonggo, ia dibantu dengan anaknya yang bernama Kiman mendirikan sebuah kelompok wayang topeng dengan nama Pandawa Lima. Kiman mewarisi kelompok seni itu, lalu mewariskannya kepada sang anak, Karimoen, yang dikenal sekarang sebagai Mbah Karimoen. Dialah yang mengganti nama kelompok seni itu menjadi Wayang Topeng Asmoro Bangun.

Sejak meninggalnya Mbah Karimoen pada tahun 2010, padepokan ini dikelola oleh cucunya, Tri Handoyo. Ia bersama istrinya, Saini, yang juga murid Mbah Karimoen, terjun ke dunia seni topeng secara total sesuai dengan pesan sang kakek.

Sejak Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun didirikan, seni pertunjukan ini sudah diwariskan kepada lima keturunan. Saat ini, ada tujuh orang yang mengurus padepokan, tiga orang bertugas membentuk karakter, tiga orang mengukir, dan seorang mengecat.

Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun sering dikunjungi pelajar dan mahasiswa dari luar negeri seperti Jepang, Australia, Turki, dan Belanda. Pengunjung bisa belajar secara cuma-cuma, atau sekadar melihat para penari berlatih. Selama ini, biaya operasional sanggar ini mengandalkan dari hasil penjualan kerajinan topeng.

Yang menarik, sanggar juga mengadakan kerja sama dengan beberapa penyedia perjalanan wisata atau agen travel. Mereka bisa menyelenggarakan paket wisata kesenian, dengan cara menonton tarian hingga belajar membuat topeng.

Padepokan ini biasa menampilkan pertunjukan wayang topeng setiap 36 hari sekali, yaitu pada malam Senin Legi pada penanggalan Jawa. Pemilihan hari Senin Legi ini sendiri dengan maksud untuk memperingati adat buka desa di Dukuh Kedungmonggo untuk pertama kalinya. Pertunjukan biasanya digelar sekitar pukul 19.00 WIB dengan durasi satu sampai dua jam.

Selain itu, sanggar tari ini juga mengadakan kursus tari Topeng Malangan bagi masyarakat umum setiap hari Minggu pagi. Semua bisa mengikuti kursus gratis ini, mulai anak-anak penduduk di desa setempat, hingga orang dari luar desa. Kebanyakan yang menjadi peserta adalah anak-anak Sekolah Dasar, maupun Sekolah Menengah Pertama.

Ada pula kegiatan latihan karawitan yang digelar seminggu tiga kali pertemuan. Latihan ini digelar setiap Minggu, Selasa, dan Jumat. Kebanyakan latihan karawitan yang juga gratis ini diikuti masyarakat sekitar sanggar Topeng Malangan tersebut. Latihan biasanya digelar mulai pukul 20.00 WIB. Alat-alat yang digunakan dalam latihan ini antara lain Kendang Malangan, Bonang Babok/Barong, Bonang Penerus, Slenthem, Demung, Saron I, Saron II, Reking, Gong dan Kenong. Asal tahu saja, tidak semua sanggar topeng memliki kegiatan rutin seperti di Padepokan Topeng Malangan Asmoro Bangun ini.

?>