
Melihat Tradisi Jabutan di Desa Tirtomoyo
Warga Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menggelar tradisi jabutan, Minggu (22/9/2019). Gelaran ini merupakan yang ketiga dilakukan di desa tersebut.
Tradisi jabutan sepintas mirip tradisi grebeg tumpeng yang digelar setiap memasuki bulan Suro (Muharam) untuk menandai tahun baru Hijriyah. Hanya saja, tak ada tumpeng yang diperebutkan dalam tradisi satu ini.
Dalam tradiri jabutan ini, tumpeng yang diperebutkan diganti dengan aneka palawija (sayuran dan buah-buahan), bermacam snack (makanan ringan) kesukaan anak-anak. Bahkan, di antaranya terdapat beberapa alat kebutuhan rumah tangga, hingga amplop yang berisikan uang tunai. Barang-barang yang nantinya akan dijabut (dicabut) itu diletakkan pada kerangka bambu yang digotong beberapa panitia layaknya ogoh-ogoh di Bali. Barang-barang jabutan ini didapatkan dari sumbangan warga setiap RT di Desa Tirtomoyo.
Acara jabutan ini didahului dengan gelaran bazar rakyat yang bertajuk Tirtomoyo Tempo Dulu (semacam Malang Tempo Dulu). Dengan menutup jalan di depan Balai Desa Tirtomoyo, didirikan lapak-lapak bagi peserta bazar. Mereka diwajibkan menjual palawija hasil kebun atau jajanan tempo dulu, seperti tiwul, lupis, ketan bubuk, gatot, dan lain-lain. Selain itu, terdapat panggung hiburan di tengah deretan lapak tersebut. Tirtomoyo Tempo Dulu ini digelar mulai Jumat (20/9/2019) malam selama tiga hari.
Tepat setelah memasuki waktu sholat Ashar, pembawa acara membuka tradisi jabutan ini dengan melepas panitia yang akan mengarak barang-barang jabutan yang akan diperebutkan itu keliling kampung. Mereka menuju ke timur desa, lalu berputar hingga kembali dari arah barat.
Setelah diarak keliling kampung, barang-barang jabutan itu ditata rapi berjajar di sepanjang jalan di depan Balai Desa Tirtomoyo. Sebelum dimulai, warga desa setempat, bahkan juga ada yang dari desa tetangga, sudah berkumpul mengerumuni barang-barang jabutan tersebut. Tak hanya orang tua, remaja, hingga anak-anak pun turut serta.
Tetua desa pun menyampaikan sambutannya untuk menandai dimulainya tradisi jabutan. Setelahnya, warga pun segera beraksi mencabuti barang-barang yang disangkutkan di kerangka bambu tadi. Di sinilah keseruan terjadi. Mereka yang memiliki tangan sigap mampu mengumpulkan banyak hasil. Bahkan, ada yang sampai membawa kantong plastik besar untuk menampung hasil jabutannya. Ada pula yang sampai mengerahkan seluruh anggota keluarganya untuk beraksi memeriahkan tradisi ini.
Setelah kerangka bambu itu bersih, dan semua barang berpindah tangan kepada warga, tradisi jabutan ini pun diakhiri dengan doa penutup oleh pemuka agama setempat. Warga pun pulang dengan damai dengan hasil jabutan masing-masing. Ada pula yang masih bertahan untuk lanjut menikmati hari terakhir Tirtomoyo Tempo Dulu di tempat yang sama pada malam harinya.