Maret 29, 2023
?>
Gending Pedanyangan, Lagu Sakral Masyarakat Desa Jatikerto (C) MALANGTIMES

Gending Pedanyangan, Lagu Sakral Masyarakat Desa Jatikerto (C) MALANGTIMES

Masyarakat Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang memiliki lagu sakral yang disebut Gending Pedanyangan. Gending ini biasa diperdengarkan dalam acara bersih desa setiap bulan Sura (penanggalan Jawa).

Kegiatan bersih desa tak bisa dipisahkan dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa, termasuk di Desa Jatikerto. Mereka masih menjunjung tinggi adat Jawa ini, dengan menggelar arak-arakan tumpeng, pementasan kesenian wayang kulit, atau bermacam kegiatan lainnya.

Dalam setiap gelaran bersih desa, masyarakat Desa Jatikerto memperdengarkan lantunan Gending Pedanyangan di punden atau makam leluhur desa. Geding yang dinilai sakral tersebut dilantunkan para waranggono dan sinden, dengan diiringi oleh musim gamelan dari kelompok karawitan desa.

Gending Pedanyangan disebut sakral, karena hanya diperdengarkan satu tahun sekali pada acara bersih desa di Desa Jatikerto. Lantunan gending ini tidak boleh sembarangan dilantunkan di luar acara bersih desa dan di punden leluhur. Konon, masyarakat Desa Jatikerto mempercayai, barang siapa yang melakukannya, maka akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Dia akan ditimpa nasib nahas, atau kemalangan hidup alias kualat.

Menurut keterangan warga setempat, Gending Pendanyangan terdiri dari tujuh lagu berbahasa Jawa. Setiap lagu dinilai memiliki nilai pendidikan budi pekerti luhur yang diturunkan para sesepuh desa kepada para anak cucunya hingga kini.

Lagu pertama gending ini berjudul Iling-Iling, yang mengandung nilai pendidikan luhur terkait pengingat bagi insan manusia. Dituturkan, semua makhluk hidup akan kembali kepada sang pencipta. Semua jabatan ada batas akhirnya, dan nantinya akan kembali menjadi rakyat.

Lagu berikutnya berjudul Sekar Gadung, Randu Kintir, Pacul Gowang, Celeng Mogok dan Undur-undur. Deretan lagu Gending Pedanyangan ditutup dengan lagu Puji Rahayu yang merupakan ungkapan rasa syukur atas segala keberkahan yang dirasakan masyarakat hingga saat ini.

Usai melantunkan Gending Pendanyangan, masyarakat Desa Jatikerto tidak langsung pulang. Mereka yang sejak pagi berkumpul di punden desa, bersama-sama menikmati total 145 tumpeng dalam tampah beserta lauk-pauknya.

?>