
Kisah Joko Nyambik Melamar Putri Raja (C) NGALAM.ID
Ada sebuah dongeng populer di Malang pada zaman dahulu kala. Dongeng itu bercerita tentang sosok lelaki bernama Joko Nyambik yang hidup di sebuah dusun terpencil bersama ibunya. Bapak Joko Nyambik sudah lama meninggal, sehingga sang ibu seorang diri merawatnya dari sejak lahir hingga dewasa.
Joko Nyambik yang sekujur tubuhnya berbentuk nyambik (biawak, dalam Bahasa Indonesia) itu ternyata meminta ibunya melamar putri raja untuk dijadikan istrinya. Ibunya yang pada mulanya ragu-ragu diyakinkan oleh Joko Nyambik dan menyanggupi permintaan tersebut.
Keduanya pun berangkat ke istana. Ketika sampai di pintu istana, ibu Joko Nyambik terdiam dan hanya duduk, karena tidak berani masuk ke dalamnya. Sang ibu merasa malu, karena berstatus sebagai orang miskin dari desa, ditambah dengan anaknya yang buruk rupa, malah mau melamar putri raja. Joko Nyambik terus memaksa ibunya, sehingga akhirnya niat untuk mempersunting putri raja itu pun disampaikan pada paduka raja.
Kebetulan, sang raja memiliki empat putri yang cantik-cantik. Ada si sulung Kenanga, Gading Kuning, Gading Putih dan si bungsu Melati. Yang menarik, sang raja sama sekali tidak marah mendengar niat ibu Joko Nyambik untuk melamar salah satu dari empat putrinya. Sebaliknya, sang raja menyampaikan lamaran itu kepada keempat putrinya.
“Saya tak sudi, Ayahanda. Saya menginginkan suami yang kaya raya,” kata putri sulung, Kenanga. Begitupun Gading Kuning dan Gading Putih mengatakan, “Suami yang saya inginkan? Seorang raja seperti Ayahanda.”
Berbeda dengan ketiga kakaknya, si putri bungsu, Melati, justru mau menerima pinangan itu dengan senang hati. Raja sangat heran. Namun, karena Melati sudah setuju, ia tak dapat mencegahnya. Singkat cerita, menikahlah Joko Nyambik dengan si putri bungsu Melati dengan pesta yang sangat meriah. Teman-teman Joko Nyambik dari hutan datang sambil mengarak sang pengantin.
Setiap bertemu adiknya, ketiga kakak Melati selalu mencemooh keadaan suaminya yang berwajah buruk seperti biawak.
“Bodoh sekali kau, Melati. Banyak pangeran tampan, tapi kamu mau saja dinikahi oleh nyambik,” begitu ejekan kakak-kakaknya. Putri Melati sangat sedih, tapi ia berusaha sabar dan tabah.
Tak berapa lama kemudian, raja mengadakan adu ketangkasan berkuda dan menggunakan senjata. Tetapi Joko Nyambik meminta izin tidak bisa mengikutinya. Ia mengatakan kepada sang raja bahwa badannya sedang sakit. Lomba ketangkasan itu diikuti banyak bangsawan seperti para pangeran dan panglima. Mereka berlomba naik kuda dan menggunakan senjata.
Tiba-tiba datang seorang ksatria gagah. Ia sangat tampan dan tangkas dalam berkuda dan menggunakan senjata. Ketiga kakak Melati sangat tertarik kepada ksatria yang tak dikenal itu. Mereka mengejek Melati yang tak mungkin mendapatkan sang ksatria tampan tersebut karena telah menikah dengan Joko Nyambik.
Karena ejekan ketiga kakaknya, Melati langsung menangis dan berlari ke kamarnya. Sesampainya di sana, Melati tidak menemukan suaminya, tetapi sebuah kulit nyambik tergeletak di atas ranjang. Kenanga merasa heran, lalu kulit nyambik itu pun dibuangnya jauh-jauh.
Tidak berapa lama kemudian, muncullah ksatria gagah yang memenangkan pertandingan berkuda tadi dan masuk ke dalam kamar Melati. Ia terlihat sedang mencari-cari sesuatu, sedangkan Melati bersembunyi sambil memperhatikan ksatria tersebut.
“Siapa engkau? Mengapa engkau bisa berada di sini?” kata Melati. Ksatria tersebut sangat terkejut melihat putri Melati telah berada di dekatnya.
“Sesungguhnya, akulah suamimu, Putri. Aku Joko Nyambik,” sahut ksatria tersebut. Lalu, ksatria itu pun menceritakan dirinya yang sebenarnya. Ia sebenarnya Joko Nyambik, suaminya. Ia selama ini harus memakai pakaian dalam bentuk nyambik. Tapi ia dapat kembali menjelma menjadi ksatria kalau seorang putri mau menikah dengannya.
Putri Melati menangis bahagia. Tak disangka, suaminya adalah seorang ksatria tampan. Mereka berdua segera melaporkan hal ini ke baginda raja yang dengan sukacita segera mengumumkannya ke seluruh kerajaan.
Begitu tahu kalau ksatria tampan itu Joko Nyambik, betapa menyesalnya Kenanga, Gading Kuning, dan Gading Putih. Mereka bahkan mencoba untuk mencari nyambik dan berharap mendapatkan ksatria tampan seperti yang diperoleh Kenanga. Tetapi, harapan itu sia-sia karena nyambik itu tetap tidak berubah menjadi seorang ksatria yang diidam-idamkan. Sebaliknya, Putri Melati merasa sangat bahagia bersama Joko Nyambik yang telah menjelma menjadi pria yang rupawan.
Sumber: http://ngalam.id/read/3870/joko-nyambik/