Maret 26, 2023
?>
Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih Versi Malangan (C) CERITA RAKYAT MALANG

Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih Versi Malangan (C) CERITA RAKYAT MALANG

Di Malang juga ada cerita legenda Bawang Merah dan Bawang Putih. Kisah tersebut terdapat pada buku berjudul Cerita Rakyat Dari Malang (Jawa Timur), karya Wahyudi Siswanto dan Sisbar Noersya.

Cerita ini bermula dari kehidupan sebuah keluarga yang hidup bahagia pada zaman dahulu kala. Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak putrinya bernama Bawang Putih. Namun ketentraman ini terusik karena si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Peristiwa itu menyebabkan keluarga kecil Bawang Putih bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.

Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang Putih sudah meninggal, keduanya sering datang ke rumah Bawang Putih. Awalnya, antara ibu Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja. Namun, lama-kelamaan timbul pemikiran ayahnya untuk mempersunting ibu Bawang Merah, karena tak ingin Bawang Putih tumbuh besar tanpa kehadiran seorang ibu.

Setelah mempertimbangkannya dengan Bawang Putih, pasangan itu pun melangsungkan pernikahan. Saat baru menikah, ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik terhadap Bawang Putih. Namun, ternyata itu hanyalah tampak di depan ayahnya saja. Diam-diam keduanya punya rencana jahat untuk menyingkirkan Bawang Putih. Si ibu tiri dan Bawang Merah selalu menyuruh Bawang Putih melakukan banyak pekerjaan rumah yang berat-berat. Mereka melarang Bawang Putih menceritakan semua itu kepada ayahnya.

Pada suatu hari, ibu tirinya menyuruh Bawang Putih mencuci pakaian ke sungai. Pagi hari, Bawang Putih berangkat ke sungai untuk mencuci pakaian itu. Sepanjang jalan, Bawang Putih selalu melamun dan memikirkan nasibnya. Ia teringat pada ibunya yang telah meninggal dunia.

Menjelang siang, pekerjaan Bawang Putih sudah selesai. Ia bergegas pulang. Sesampainya di rumah, cucian itu dihitung oleh ibu tirinya. Ternyata ada yang hilang, pakaian milik Bawang Merah dan sebuah gayung dari tempurung kelapa. Ibu tirinya marah sekali. Bawang Putih langsung dipukul sambil dimaki-maki. Bukan hanya itu, Bawang Putih dipaksa untuk mencari pakaian dan gayung yang hilang. Ia tidak diperbolehkan pulang sebelum berhasil menemukan barang-barang itu.

Siang itu juga, Bawang Putih kembali ke sungai untuk mencari pakaian dan gayung yang hilang. Sesampai di sungai, ia menoleh ke sana ke mari, barangkali ada pakaian dan gayung yang dicarinya. Setelah beberapa lama mengamati tempatnya mencuci, ia tidak berhasil menemukan barang-barang yang hilang itu. Dengan bersedih dan berlinang air mata, Bawang Putih mulai mencari dengan menyusuri aliran sungai. Di kejauhan ia melihat ada seorang laki-laki yang sedang memandikan sapi. Bawang Putih mendekatinya.

“Paman, apakah melihat pakaian dan gayung saya yang hanyut?” Bawang Putih bertanya sambil terisak-isak.

“Aku tidak tahu, Nak. Coba tanyakan kepada paman yang memandikan kerbau itu,” jawab orang itu.

Sambil menangis, Bawang Putih mengikuti nasihat orang tersebut. Ia berjalan menyusuri pinggir sungai, mendekati tempat orang yang sedang memandikan kerbau.

“Apakah Paman melihat pakaian dan gayung yang hanyut?” kata Bawang Putih terisak-isak.

“Anak cantik, aku tidak tahu, Nak. Coba tanyakan kepada Paman yang memandikan kambing itu,” jawab orang itu.

Setiap kali bertanya, ia selalu mendapatkan jawaban yang sama. Demikianlah, Bawang Putih terus berjalan menyusuri pinggiran sungai sambil menangis, badannya sudah terlihat letih sekali. Menjelang sore hari, Bawang Putih baru sapai di suatu tempat yang agak rimbun. Bawang Putih melihat ada seorang nenek sedang mencuci beras di pinggir sungai. Dengan tertatih-tatih Bawang Putih pun mendekat.

“Apakah Nenek melihat pakaian dan gayung yang hanyut?” tanya Bawang Merah.

Bersambung..

?>