Maret 27, 2023
?>
Sejarah Kecamatan Bantur

Sejarah Kecamatan Bantur

Kecamatan Bantur merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Malang. Menarik untuk menelisik sejarah Kecamatan Bantur yang letaknya di bagian Malang Selatan ini.

Menurut perkiraan, babat tanah Bantur dimulai sekitar tahun 1830-an. Saat itu lokasinya masih hutan belukar yang belum punya nama. Adalah Kyai Radiman yang membuka hutan tersebut. Ia dikenal sebagai sosok muslim yang taat sekaligus seorang tentara Pangeran Diponegoro yang sedang bersembunyi dari kejaran kompeni setelah pemimpinnya itu tertangkap.

Menurut riwayat dari orang-orang tua, Kyai Radiman tewas dibunuh Kompeni dengan cara halus, yakni diundang makan-makan. Pihak Kompeni mengiris semangka dengan sebilah pisau yang satu sisi mata pisaunya diolesi racun mematikan. Kyai Radiman tidak curiga, karena si Kompeni ikut memakan semangka yang sama yang diiris di depan matanya.

Sebelum tahun 1832 Desa Bantur khususnya, dan Kecamatan Bantur pada umumnya masih berupa hamparan hutan belantara yang sama sekali belum terjamah oleh tangan manusia. Kondis alamnya berbukit-bukit, karena Bantur termasuk dalam jalur pegunungan Kendeng.

Saat Pangeran Diponegoro ditangkap pada tahun 1830, lima prajurit kepercayaannya melarikan diri. Mereka adalah Kyai Radiman, Kyai Duldjalal, Kyai Duldjalil, Kyai Darsa, dan Kyai Dema. Kelimanya sama-sama berasal dari Mataram, Yogyakarta yang memutuskan hijrah ke arah timur selama kurang lebih dua tahun.

Kelima orang prajurit ini di bawah pimpinan Kyai Radiman akhirnya mencari tempat pelarian yang cocok untuk bersembunyi dari kejaran Hindia Belanda, sekaligus dapat digunakan sebagai tempat pemukiman baru bagi pengikutnya. Pada tahun 1832 akhirnya mereka menemukan tempat yang mereka inginkan. Sejak saat itulah pembabatan hutan di wilayah Bantur untuk dijadikan pedesaan pun dimulai.

Selang delapan tahun, tepatnya di tahun 1840, aksi babat hutan yang dilakukan oleh Kyai Radiman beserta pengikutnya akhirnya diketahui oleh pemerintah Hindia Belanda yang berkedudukan di Malang. Penjajah pun langsung bergerak cepat, dengan mengirim Bupati Malang dan Polisi Hindia Belanda untuk mengadakan penangkapan. Mendengar hal itu, pengikut Kyai Radiman merasa cemas. Sang Kyai pun menenangkan pengikutnya dengan pernyataan, “Aku ae sing ngembani catur.” (Aku saja yang mengemban tugas).

Di luar dugaan, saat bertemu Kyai Radiman selaku pimpinan Desa, sikap Bupati Malang berubah drastis. Menurutnya, pembabatan hutan yang dilaksanakan Kyai Radiman bukan merupakan upaya membuat daerah pertahanan, melainkan untuk wilayah pedesaan yang cukup teratur. Maka, sang bupati mengusulkan bahwa perlu adanya suatu Pemerintahan. Kyai Radiman yang setuju pun langsung menunjuk Kyai Sontani salah satu pengikutnya menjadi Kepala Desa Bantur yang pertama, karena merasa dirinya seorang buronan Kompeni.

Saat Bupati Malang menanyakan nama desa, secara spontan, Kyai Radiman menjawab Desa Bantur yang berasal dari kata Ngembani Catur. Sejak saat itulah Bupati Malang meresmikan Desa Bantur sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya yang dipimpin oleh Kyai Sontani.

Hingga saat ini, makam Kyai Radiman sebagai orang pertama yang babat hutan wilayah Bantur masih ada di Jalan Kyai Radiman. Secara administratif, daerah tersebut masuk dalam wilayah Bantur Tengah.

Saat ini, wilayah Kecamatan Bantur semakin berkembang dan masih berada di bawah pemerintah Kabupaten Malang. Wilayahnya mayoritas dihuni oleh keturunan Jawa dan sebagian keturunan Madura.

?>