
Pemandangan dari Bukit Bantengan (C) Andika Rochman/Travelingyuk
Keindahan Kadera Gunung Bromo tak hanya bisa dinikmati secara langsung. Kamu juga bisa memandanginya dari atas Bukit Bantengan. Jalur yang berada dua kilometer dari Jemplang arah Ranupani ini dipenuhi deretan pepohonan hijau yang dikombinasikan dengan udara nan segar.
Bukit ini terletak di jalur Kabupaten Malang-Kabupaten Lumajang. Bukit ini berada di daerah perbatasan yang masih berupa kawasan hutan. Namun, jalur ini sudah bisa dilewati mobil dan sepeda motor dengan tanpa hambatan lantaran sudah diaspal mulus. Hanya saja, masih ada beberapa titik tertentu yang diaspal menggunakan cor. Di kawasan bukit ini terdapat tugu penanda perbatasan antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang.
Di Bukit Bantengan ini kamu juga dapat melihat lautan pasir (kaldera) Gunung Bromo dari kejauhan. Tampak pula sejumlah mobil jeep yang lalu lalang, meski penampakannya sangat kecil. Kamu pun bisa menikmati keindahan pemandangan matahari tenggelam alias sunset yang menjadi panorama utama di sini. Dari sini pun kamu bisa menyaksikan penampakan Bukit B29 atau Teletubbies di Kabupaten Lumajang dari kejauhan. Jika beruntung, pemandangan alam di bukit ini menghadirkan spot foto alami yang bisa kamu abadikan dengan kamera.
Jalur Bantengan Malang-Lumajang ini terbilang cukup ekstrem. Mengingat ketinggiannya yang mencapai 2600 Meter di atas permukaan laut, angin yang bertiup pun tergolong kencang. Jalur ini pun masih sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor. Karenanya, kamu wajib selalu waspada sepanjang perjalanan. Pemerintah setempat sudah memasang sejumlah rambu lalu lintas sebagai peringatan agar pengguna jalan berhati-hati. Uniknya, sesekali, ada satwa liar yang melintas di tengah jalan. Tapi, jangan sekali-kali memburu hewan-hewan tersebut. Kabut juga menjadi sesuatu yang harus diwaspadai karena bisa menghambat perjalanan kamu melintasi jalur ini.
Cerita Asal Usul Nama Bukit Bantengan
Cerita asal usul penamaan Bukit Bantengan pun menarik untuk diketahui. Menurut penuturan penduduk setempat, ada alasan khusus mengapa kawasan itu dinamakan demikian.
Konon, nama Bukit Bantengan diberikan karena pada zaman dahulu kala, di tempat itu banyak terdapat sapi dengan ukuran cukup besar. Sapi-sapi jumbo itu digembala oleh masyarakat sekitar di tempat tersebut. Mereka memanggil sapi-sapi itu dengan sebutan banteng.
Ada pula cerita masyarakat yang mengaitkan nama Bantengan dengan kesenian trandisional bantengan. Konon, kesenian tersebut merupakan kegiatan wajib yang dilakukan oleh Suku Tengger, penghuni kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru (TNBTS). Kesenian itu biasa ditampilkan saat perayaan Hari Besar atau Hari Raya Karo.